Teori Hukum Tiga Tahap / Tahap
Pemikiran Manusia
Teori ini menyatakan bahwa terdapat tiga tahap
intelektual yang dijalani dunia ini sepanjang sejarahnya. Menurut Comte, bukan
hanya dunia yang mengalami proses ini, namun kelompok manusia, masyarakat, ilmu
pengetahuan, individu dan bahkan pikiran pun melalui ketiga tahap tersebut.
·
Tahap Teologis
Tahap ini menjadi ciri dunia sebelum tahun 1300.
Selama masa itu, system ide utama dititikberatkan pada kepercayaan bahwa
kekuatan supranatural dan figure-figur religious, yang berwujud manusia,
menjadi akar segalanya. Secara khusus dunia sosial dan fisik dipandang sebagai
dua hal yang dibuat Tuhan. Intinya pada tahap Teologis ini seseorang
mengarahkan rohnya pada hakikat batiniah segala sesuatu, kepada sebab pertama,
dan tujuan terakhir segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terakhir
segala sesuatu. Menurut Comte pada tahap ini, manusia berkeyakinan bahwa setiap
benda-benda merupakan ungkapan dari supernaturalisme. Tahap ini bias disebut
sebagai tahap kekanak-kanakan dimana manusia tidak mempunyai daya kritis sama
sekali.
·
Tahap Metafisik
Tahap ini menurut Comte berlangsung antara tahun
1300 sampai dengan 1800. Era ini dicirikan oleh kepercayaan bahwa kekuatan
abstrak seperti “alam”, dapat menjelaskan segalanya. Tahap metafisik sebenarnya
hanya mewujudkan suatu perubahan saja dari zaman teologik, karena ketika zaman
teologik manusia hanya mempercayai suatu doktrin tanpa mempertanyakannya, hanya
doktrin yang dipercayai. Dan ketika manusia mencapai tahap metafisika ia mulai
mempertanyaan dan mencoba mencari bukti-bukti yang meyakinkannya tentang
sesuatu dibalik fisik. Tahap metafisik menggantikan kekuatan-kekuatan abstrak
atau entitas-entitas dengan manusia. Ini adalah tahap peralihan dimana alam
berpikir manusia sudah menanyakan tentang fenomena-fenomena yang ada di sekitar
dirinya.
·
Tahap Positif
Tahap ini yang diperkirakan terjadi pada tahun 1800
dan seterusnya, merupakan tahap pamungkas dari hukum tiga tahap, atau bias
disebut tahap final. Tahap positif berusaha untuk menemukan hubungan seragam
dalam gejala. Pada zaman ini seseorang tahu bahwa tiada gunanya untuk
mempertanyakan pengetahuan yang mutlak, baik secara teologis ataupun secara
metafisika. Orang tidak mau lagi menemukan asal muasal dan tujuan akhir alam
semesta, atau melacak hakikat yang sejati dari segala sesuatu dan dibalik
sesuatu. Pada zaman ini orang berusaha untuk menemukan hukum segala sesuatu
dengan berbagi eksperimen yang akhirnya menghasilan fakta-fakta ilmiah,
terbukti dan dapat dipertanggung jawabkan (secara empiris) .
Jelas bahwa dalam teorinya,
Comte memfokuskan perhatian pada factor intelektual. Ia memang menegaskan bahwa
kekacauan intelektual adalah sebab dari kekacauan sosial. Kekacauan yang tumbuh
dari system ide sebelumnya (teologis dan metafisis) yang terus ada pada zaman
positifis (ilmiah). Baru ketika positivis mengambil kendali sepenuhnya,
keresahan sosial berhenti. Perlu dicatat bahwa proses ini adalah proses yang
berjalan secara evolusioner, tidak perlu mendorong terjadinya gangguan sosial
dan revolusi. Positivisme, meskipun mungkin tidak secepat yang dikehendaki
sementara orang, pasti akan segera datang.
jessicka kuputri
201471060
Tidak ada komentar:
Posting Komentar